Konflik Guru Dan Kepsek
Konflik Guru Dan Kepsek, ada apa?
Kisah sedih di SMA 1 Cimarga, saat seorang Kepala Sekolah dilaporkan ke polisi karena 'menampar penuh kasih sayang' seorang siswa yang merokok. Jagat dunia medsos ramai sekali atas kejadian tersebut. Netizen yang pro dan kontrapun saling berhadapan di medsos. Apalagi saat Ibu Kepsek tersebuat di berhentikan dengan arogansinya oleh sang penguasa. Di tambah lagi oleh pernyataan seorang ibu guru di depan wartawan yang membetulkan bahwa emosi sang Kepsek memang sering meluap, tidak hanya pada siswa, tapi juga pada dewan guru. Ini ada apa?
Konflik atau ketidakakuran antara guru dan kepala sekolah sering muncul bukan karena satu pihak “salah”, tapi karena perbedaan persepsi, komunikasi, dan kepemimpinan. Berikut beberapa penyebab umumnya:
1. Komunikasi yang tidak efektif
- Informasi dari kepala sekolah tidak disampaikan dengan jelas atau terbuka.
- Guru merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
- Terjadi miskomunikasi yang menimbulkan salah paham dan kecurigaan.
- Kepala sekolah terlalu otoriter, tidak memberi ruang bagi guru untuk berpendapat.
- Atau sebaliknya, terlalu permisif, sehingga guru merasa arah sekolah tidak jelas.
- Kepala sekolah ingin inovasi cepat, sementara guru merasa belum siap atau terbebani.
- Ada perbedaan pandangan tentang prioritas sekolah: akademik vs kesejahteraan guru, misalnya.
- Guru merasa tidak dihargai atas kerja kerasnya.
- Kepala sekolah merasa guru tidak mendukung kebijakan sekolah.
5. Masalah personal atau ego jabatan
- Ada guru yang merasa lebih senior dan sulit menerima arahan.
- Kepala sekolah kurang bijak dalam mengelola ego dan konflik interpersonal.
- Isu favoritisme, pembagian tugas, atau penilaian kinerja yang dianggap tidak adil.
- Guru merasa ada perlakuan istimewa terhadap kelompok tertentu.
- Tidak ada forum rutin untuk berbagi ide dan menyelesaikan masalah bersama.
- Sekolah belum menumbuhkan budaya saling percaya dan belajar bersama.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar