aminherwansyah

Kurikulum Nirbatas Adalah Kurikulum Kehidupan

Blog Amin Herwansyah | 19 Juli 2020

Setiap pandemi akan mengakibatkan dua kejadian, pertama keburukan yang pasti segera berakhir dan kedua kebaikan yang lestari membersamai. Gubahan pepatah bijak tersebut sangat kuat pesan pendidikannya. Benar, Corona telah menjadi teror kematian. Benar, Corona telah membatasi ruang tatap muka guru dan murid. Namun, di balik teror kematian dan terbatasinya ruang bertemu guru dan murid, hadir berbagai kebaikan yang dahsyat tentang perilaku sehat-higienis dan tentang kurikulum nirbatas. Nirbatas waktu, jarak, usia, ruang, regulasi, variasi, dan stratifikasi.

Kurikulum nirbatas lahir dari empat pemikiran sederhana tentang hakikat fitrah manusia yang melekat pada ciptaan Tuhan tersempurna --kita sering melabeli sebagai murid. Pertama, kurikulum nirbatas meyakini setiap murid memiliki tiga fitrah pada dirinya. Saya sering menyebutnya sebagai 3H : Heart, Head, Hand.

Heart, hati adalah simbol moral, sikap, karakter, etis yang memiliki fitrah baik; kita sering menamainya sebagai potensi sekaligus kompetensi sikap. Head, kepala adalah simbol intelektualitas, pintar, jago menghitung, hafalannya hebat; kemudian kita mengelompokkannya ke dalam potensi dan kompetensi pengetahuan. Hand, tangan adalah simbol infrastruktur tangan, kaki, indra, dan tubuh; lantas sering dilabeli sebagai potensi dan kompetensi keterampilan.

Kedua, kurikulum nirbatas meyakini tidak ada produk Tuhan yang gagal termasuk sikap murid, pengetahuan murid, dan keterampilan murid. Oleh karena itu, kurikulum nirbatas meyakini: tidak ada murid yang nakal, yang ada adalah murid yang belum menemukan kembali nurani dan jati dirinya; tidak ada murid yang bodoh, yang ada adalah murid yang dipaksa mengikuti keinginan pemerintah, sekolah, dan guru, dan menjadi orang asing bagi dirinya sendiri; tidak ada murid yang tidak bisa terampil melakukan sesuatu, yang ada adalah murid yang memerlukan sentuhan kreatif dari seorang guru.

Ketiga, kurikulum nirbatas meyakini jika kurikulum, pembelajaran, dan penilaian sesuai dengan fitrah potensi sikap, potensi pengetahuan, dan potensi keterampilan murid, maka dengan sendirinya murid dengan fasilitisi guru akan menemukan garis edar kompetensinya masing-masing. Keempat, kurikulum nirbatas meyakini: jarak, usia, ruang, regulasi, variasi, dan stratifikasi adalah potensi penggerak kompetensi murid agar sikapnya bergerak semakin baik, pengetahuannya bergerak semakin cerdas, dan keterampilannya bergerak semakin lihai.

Empat pemikiran kurikulum nirbatas itu hakikatnya melekat pada setiap hamba Tuhan yang telah ditakdirkan memiliki berbagai modal untuk menjaga diri, sesamanya, dan benda serta alam sekitar agar senantiasa berada dalam harmoni, sinergi, dan kedamaian dengan menjadikan ruang kehidupan bak ruang kelas dengan langit sebagai atap, bumi sebagai lantai, gunung, lembah, dan lautan sebagai dinding. Kurikulum nirbatas adalah kurikulum kehidupan.

Dalam perspektif kurikulum nirbatas, wabah yang semakin meluas ini merupakan episode kehidupan yang memaksa kita kembali memformulasi, mengimplementasi, dan merefleksi perjalanan kurikulum pendidikan selama ini. Jangan-jangan kurikulum yang kita berlakukan semenjak dulu sampai sekarang penuh sesak dengan titipan keinginan dan kebutuhan pemerintah, sekolah, dan guru; bukan fokus kepada fitrah variasi, potensi, dan minat murid yang memiliki garis edar masing-masing.

Sehingga, kurikulum begitu gemuk berlemak menyulitkan pergerakan berbagai potensi murid untuk mencapai berbagai destinasi mutu. Ketika diukur oleh berbagai alat ukur mutu pendidikan yang andal, seperti ujian nasional dan survei internasional, tampak mutu pendidikan kita masih dangkal.

Ibarat Petualangan
Saatnya kita berani keluar dari fatamorgana standardisasi kurikulum ke kustomisasi kurikulum; satu murid satu kurikulum. Sekolah, guru, murid, orangtua bersama-sama memformulasi dan mensinkronisasi variasi minat dan bakat murid dengan tuntutan zaman dan berbagai sumber daya yang dimiliki. Guru dan murid berkolaborasi dalam pembelajaran dan penilaian dari mulai menginisiasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi baik perjalanan (proses) pembelajaran maupun destinasi-destinasi atau hasil pembelajaran.

Dalam konteks ini, pembelajaran ibarat petualangan dan penilaian bak aplikasi peta. Sebelum melakukan petualangan, guru dan murid bersama-sama merefleksi berbagai kekuatan dan kelemahan, keinginan dan kebutuhan, tantangan dan peluang, rute yang akan dilewati, moda-metode yang digunakan, dan destinasi-destinasi yang akan disinggahi dan dicapai, serta tempat dan waktu memulai perjalanan.

Berbagai informasi tersebut kita peroleh dari penilaian reflektif, diagnostik, informalistik, dan empatik sebelum pembelajaran dimulai. Pada saat melakukan petualangan di sebagian perjalanan hadir potensi kemandekan karena kemacetan luar biasa yang diketahui oleh guru dan murid melalui warna merah dalam aplikasi peta, lalu mereka merencanakan kembali rute alternatif perjalanan dan memulainya bersama-sama.

Saat mereka mulai jenuh, lelah di perjalanan, mereka beristirahat sejenak dengan penuh manfaat di waktu dan tempat yang tepat. Pada saat mengamati peta perjalanan, sesungguhnya mereka sedang melakukan penilaian formatif, reflektif, informalistik, kualitatif selama proses pembelajaran untuk mengumpulkan dan mengolah informasi sebagai umpan balik agar pembelajaran efektif, bermakna, dan berguna, termasuk memutuskan apakah beristirahat sejenak atau melanjutkan perjalanan.

Tibalah guru dan murid pada destinasi-destinasi yang mereka tuju dan mengetahui sudah sampai setelah menyinkronkan informasi yang ada di aplikasi peta dengan ciri-ciri atau indikator destinasi yang mereka singgahi dan capai. Guru harus betul-betul memastikan semua murid mencapai destinasi sesuai minat dan bakat para murid. Oleh karena itu, guru harus piawai memformulasi indikator perencanaan, perjalanan, dan pencapaian destinasi, memfasilitasi semua murid, memandu perjalanan, dan memastikan semua murid tidak tersesat dan sampai di destinasi yang akurat dengan efektif.

Terus Bergerak

Kurikulum nirbatas memandang kegiatan tatap muka guru dan murid tidak melulu menjadi media efektif transfer pengetahuan, terlebih di zaman teknologi informasi dan wabah pandemi saat ini. Guru seharusnya lebih sering memfasilitasi dan memotivasi murid untuk terus bergerak mengisi dan menemukan potensi dirinya dengan caranya melalui berbagai aktivitas yang berguna, bermakna, dan efektif.

Selain fasilitator dan motivator, guru harus melek teknologi dan informasi, dan mampu mengelola pembelajaran dan penilaian jarak jauh serta memanfaatkan berbagai aplikasi pembelajaran dan penilaian yang begitu melimpah ruah. Ingat, gawai yang digenggam para murid jauh lebih kuat daya pengaruhnya terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan mereka daripada kehadiran rutinitas yang begitu-begitu saja dari para guru di ruang kelas.

Para murid bisa mengakses berbagai informasi kapan saja, di mana saja, dengan cara apa saja, dan dengan siapa saja. Tugas guru memaksimalkan dan mendekatkan jarak antara teknologi, mesin pencari informasi, gawai, dan aplikasi di genggaman murid dengan pembelajaran dan penilaian. Misalnya, guru dan murid bersama-sama mendokumentasikan melalui gambar atau video satu atau lebih peristiwa tematis kehidupan, misalnya tentang pencemaran lingkungan yang mereka temui di perjalanan dari rumah ke sekolah.

Di sekolah, rekaman peristiwa lingkungan selama perjalanan dijadikan media sekaligus sumber belajar bersama untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan jenis pencemaran, menjelaskan prosedur pencemaran, menganalisis hubungan perilaku masyarakat dengan pencemaran, melakukan proyek kolaborasi untuk mengatasi pencemaran, dan membiasakan sikap ramah lingkungan.

Berawal dari sebuah gawai dan sebuah tema, para guru dan murid akan menemukan tak terbatas informasi pengetahuan, tak terbatas keterampilan, dan tak terbatas sikap atau karakter yang bisa ditanam, dibiasakan, dan dibudayakan. Sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu senyawa dalam hati, kepala, dan tangan murid. Inilah sejatinya kurikulum nirbatas.

Kurikulum nirbatas memandang murid belajar bermakna hanya pada apa yang menurut murid berguna bagi dirinya. Ini menjadi alasan mengapa restrukturisasi pembelajaran dan penilaian yang dominan pada partisipasi aktif murid menjadi sangat penting. Murid dilibatkan dalam belanja masalah pembelajaran dan menentukan menu pembelajaran yang murid butuhkan sesuai minat dan bakatnya. Pembelajaran dan penilaian dalam konteks ini ibarat dua sisi mata uang; ketiadaan salah satunya akan menghilangkan utilitasnya, rusak salah satunya akan mereduksi nilai kegunaannya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Dengan demikian kurikulum nirbatas fokus dan dominan pada kualitas, bukan pada kuantitas, intensitas, dan rutinitas belaka. Fokus utama didasarkan pada hakikat bahwa kehidupan keseharian dibangun dari angka dan kata. Pertama kali bangun tidur kita sudah disuguhi angka jam berapa bangun, kemudian terdengar ibu berkata, tolong rapikan tempat tidur. Oleh karena itu fokus kurikulum nirbatas adalah pada literasi dan numerasi terkait kata dan angka. Karena kata dan angka adalah roh, inti, dan ibu dari kurikulum, pembelajaran, dan penilaian bagi konteks dan area pembelajaran apapun. Angka dan kata lintas mata pelajaran dan tema.

Kurikulum nirbatas memandang pengalaman pembelajaran di masa lalu akan berasimilasi dengan karakter, pengetahuan, pemahaman, dan kejadian masa sekarang. Dari prinsip ini, keputusan akhir terhadap hasil belajar murid tidak serta merta disimpulkan hanya berdasarkan informasi nilai hasil ujian dalam waktu beberapa jam selama beberapa hari.

Perlu informasi yang lebih utuh dan mencerminkan rekam jejak perjalanan karakter, pengetahuan, dan keterampilan murid oleh karena itu guru perlu mengintegrasikan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber dan teknik penilaian terhadap berbagai aspek kompetensi murid dalam waktu jenjang pembelajaran murid.

Semoga pemikiran dan pandangan kurikulum nirbatas mampu menjadi jawaban atas kegelisahan para pemangku dan pelaku pendidikan dalam memformulasi program dan kebijakan peningkatan kualitas aktivitas di ruang-ruang pembelajaran. Semoga.

Deni Hadiana pendiri Indonesia Bermutu
https://news.detik.com/kolom/d-5095544/kurikulum-nirbatas-saat-wabah-meluas


Tidak ada komentar:

Posting Komentar